0859 3384 3322

Hari Santri, Momentum Integrasi Pendidikan Karakter dan Kecakapan Kontemporer

$rows[judul]

Hari Santri Nasional (22 Oktober) adalah penegasan historis atas Resolusi Jihad 1945, yang menunjukkan peran fundamental ulama dan santri dalam menjaga eksistensi bangsa.

Peringatan ini harus dilihat bukan sekadar perayaan seremonial, melainkan sebagai momentum untuk merefleksikan dan memperkuat integrasi pendidikan karakter khas pesantren dengan tuntutan kecakapan abad ke-21. Pesantren adalah laboratorium pendidikan sejati bagi Indonesia.

Pendidikan Karakter: Keunggulan Komparatif Pesantren

Sebagai dosen pendidikan, saya melihat bahwa sistem pesantren menawarkan model pendidikan karakter yang otentik dan komprehensif. Karakter ini berakar pada tiga pilar utama: yang pertama Akhlak dan Adab: Penanaman etika, penghormatan kepada guru (ta’dhim), dan kepemimpinan moral. yang kedua Kemandirian dan Disiplin: Hidup di asrama (pondok) menumbuhkan kemandirian, kesederhanaan, dan kedisiplinan yang tinggi (riyadhah). yang ketiga Moderasi Beragama (Wasathiyah): Nilai-nilai Islam ala ahlussunnah wal jama'ah yang mengajarkan toleransi (tasammuh), keseimbangan (tawazzun), dan anti-ekstremisme, menjadikannya benteng penting bagi harmoni sosial bangsa.

Nilai-nilai karakter yang utuh ini adalah komoditas langka yang seharusnya diadaptasi oleh sistem pendidikan formal (sekolah dan kampus) di Indonesia.

Tantangan dan Arah Baru: Jihad Intelektual Digital 

Jika dulu santri berjuang dengan bambu runcing, santri masa kini harus berjuang dengan pena, data, dan riset—sebuah bentuk Jihad Intelektual yang relevan.

Peran kita sebagai pendidik adalah memastikan alumni pesantren tidak hanya fasih Kitab Kuning, tetapi juga mahir dalam kecakapan global; Mampu memanfaatkan teknologi, bukan hanya sebagai pengguna tetapi juga produsen konten yang positif; Mampu menyaring informasi, melawan hoax, dan berdiskusi secara ilmiah; Penguasaan bahasa asing untuk berjejaring dan berkontribusi di kancah internasional.

Penting bagi Ma’had Aly dan pesantren untuk berani mengintegrasikan ilmu keislaman dengan ilmu umum dan teknologi, menciptakan "Santri-Akademisi" yang mampu menjadi problem solver di tengah masyarakat.

Santri Sebagai Agen Peradaban 

Hari Santri adalah pengingat bahwa identitas santri bukanlah status sementara, melainkan sebuah proses belajar dan pengabdian seumur hidup. Dengan memegang teguh adab dan tradisi, serta merangkul inovasi dan teknologi, santri akan terus menjadi lentera peradaban yang tidak hanya menjaga warisan bangsa, tetapi juga memajukan Indonesia di mata dunia.

Herawati Syamsul, S.Pd.I.,SH.,M.Pd

Dosen Pendidikan Universitas Kurnia Jaya Persada

Tulis Komentar

(Tidak ditampilkan dikomentar)